Desa Kepuhdempet di Pulau Mindi, adalah benar desa yang dikategorikan desa terisolir. Topografi desa ini kurang menguntungkan, berada di perbukitan berbatu dan sulit dijangkau kendaraan, hanya bisa dicapai dengan berjalan kaki. Sarana yang ada hanyalah jalan setapak, yang cukup landai tetapi terpotong sungai-sungai kecil berbatu. Berpenduduk kurang dari 3.000 jiwa, dan para lelaki dewasa berpencaharian dengan berladang dan para ibu mengerjakan anyaman atau kerajinan yang dibuat dari bahan-bahan yang disediakan oleh alam.
Adalah 2 orang bersahabat, Karim dan Arul, yang kurang begitu suka dengan pekerjaan seperti yang dilakukan orang di desanya. Keduanya memiliki cita-cita tinggi, berhasil di kehidupannya dan menjadi orang kaya suatu saat nanti. Tapi tidak tahu harus berbuat yang lain. Mereka menunggu dan menunggu kesempatan untuk berbuat lebih baik dan menghasilkan, sehingga cita-cita mereka bisa menjadi kenyataan.
Kesempatan itu akhirnya datang juga kepada kedua orang itu, ketika Kepala Dukuh menugasi Karim dan Arul untuk setiap hari mengambilkan air mengisi bak tandon air yang sudah dibangun. Bak tandon air ini dibangun sebagai penampung persediaan air bagi warga desa yang membutuhkan untuk keperluan sehari-hari.
Sebelum ada tandon air, warga, terutama ibu-ibu dan anak-anak berjalan sejauh 3 km untuk mengambil air dari sumber air untuk keperluan sehari-hari. Kemudian dibangun tandon air yang diharapkan bisa meringankan beban warga desa. Hanya sayang tandon air ini, bergantung pada curah hujan agar bisa terisi air. Dan bila tidak di musim hujan, tandon air keadaannya kurang air, bahkan kosong. Keadaan ini yang membuat Kepala Dusun menugasi Karim dan Arul untuk mengambil air dari sumber air dan mengisinya ke tandon air.
Karim dan Arul melihat kesempatan baik ini, tanpa pikir panjang menerima dan bersemangat menjalankan tugasnya. Mereka dibekali masing-masing dua buah jerigen kapasitas 20 liter, dan untuk jerih payahnya setiap jerigen mereka diberi upah cukup. Setiap hari mereka berhasil membawa air masing-masing 10-14 jerigen. Terbayang oleh mereka, tidak lama lagi mereka akan mempunyai uang banyak dan bisa membeli apapun keinginan mereka.
Bak tandon air terisi, dan warga desa senang tidak harus berlelah mencari air. Hari-hari berjalan terus dan Karim juga Arul dengan tekun menjalankan pekerjaannya, sampai suatu saat Karim berpikir keras. Punggungnya mulai terasa nyeri, luka, bengkak, kaki tangan mulai gemetar dan mulai pekerjaannya terasa berat dan melelahkan.
"Tidak bisa begini terus..." gumamnya dalam hati.
Dia mulai berpikir bagaimana caranya bisa membawa air dari sumber air, dan mengisinya ke tandon air, tidak dengan cara seperti yang dilakukannya bersama Arul. Bisakah air mengalir sendiri ke tandon air? Bagaimana caranya?
Karim berpikir keras, mencari pemecahan kesulitan yang dihadapinya, sambil tetap menjalankan pekerjaannya membawa air dengan jerigen. Di sela-sela kelelahannya, ide itu muncul dan diyakini itu cara satu-satunya dan paling efektif. Besoknya Karim menyampaikan idenya kepada Arul, tapi ternyata Arul menolak ide itu.
"Dengan apa air bisa mengalir ke tandon? Dan pasti perlu uang banyak untuk beli ini-itu, sedangkan kita 'kan sedang mengumpulkan uang..." sanggah Arul.
"Kita
pakai cara sekarang saja, yang sudah jelas hasilnya. Saya bisa membawa lebih
banyak air, kalau perlu tambah waktu kerja. Sudah buang jauh-jauh ide seperti
itu. Nggak bakal berhasil." Arul mengabaikan pemikiran jauh ke depan
seperti yang dipikirkan Karim.
Tapi
Karim tetap pada idenya dan bertekad akan mengerjakannya sendiri, tanpa bantuan
Arul. Dia tetap bekerja seperti biasa membawa air di jerigen, agar tetap
mendapatkan upah yang perlu untuk membiayai kehidupannya. Disiapkannya
peralatan, termasuk puluhan bambu hutan yang akan dijadikannya sebagai pipa
penyalur air dari sumber air ke tandon. Sebagian waktunya digunakan untuk
menggali tanah menanam pipa bambu dan merapikan jalur-nya agar tidak ada
hambatan nantinya. Penghasilannya memang berkurang, tetapi Karim tetap teguh
dengan keyakinannya bahwa dia akan berhasil. Rasa lelah yang teramat sangat
dilawannya, dengan semangat untuk mewujutkan impiannya yaitu air mengalir
dengan sendirinya dari sumber air ke tandon di desanya.
Arul
dan orang-orang desa lainnya mencela apa yang dikerjakan Karim dan pekerjaan
yang sia-sia. Sebaliknya Karim sangat yakin usahanya akan berhasil dan
mendatangkan keuntungan padanya. Kesulitan demi kesulitan, halangan-halangan
dihadapinya dengan tabah dan semangat pantang menyerah.
Semakin
hari pekerjaan Karim semakin terlihat hasilnya, saluran pipa bambu semakin
mendekat desanya. Dan dilihatnya Arul masih tetap dengan pekerjaannya
mengangkat jerigen berisi air, dan terlihat semakin lemah. Tubuhnya membungkuk,
jalannya semakin lamban, kekokohan tubuhnya semakin berkurang dan mulai
terlihat sakit. Arul mulai sedih dan kecewa. Apakah dia sanggup terus membawa
jerigen air setiap hari, sepanjang hidupnya? Frustasi mulai menghinggapinya.
Dia merasa yang dikerjakannya berat berkepanjangan dan mulai menilai apa yang
dikerjakan Karim benar untuk tujuan jangka panjang.
Akhirnya
apa yang ditunggu Karim tiba. Saluran pipa bambu telah tersambung dengan baik
ke tandon air di desa. Kerja keras Karim menunjukkan hasil yang sempurna, dan
ini sungguh melegakan Karim. Air mengalir dengan sendirinya dan tanpa henti
memenuhi tandon air, menyediakan kebutuhan seluruh warga desa. Karim menerima
upahnya tanpa bekerja lagi, tidak lagi harus berlelah mengangkat jerigen air
yang jauh dan memberatkan. Itulah hasil kerja keras dan komitmen Karim, yang
berpikiran jauh kedepan dan rencana yang matang dipikirkan.
Akan
halnya Arul, malah tidak bekerja lagi, karena jasanya sudah tidak dibutuhkan
warga. Kondisi Arul malah memprihatinkan, sering sakit dan uang yang dulu
dikumpulkan, sedikit demi sedikit habis untuk kebutuhan sehari-hari dan untuk
upaya penyembuhan sakitnya.
Karim
yang baik hati, dan masih merasakan persahabatan dengan Arul, memberi
kesempatan kepada Arul untuk membantunya mengelola air tandon dengan pekerjaan
yang lebih ringan.
Ceritera
ilustrasi kehidupan diatas menggambarkan perbedaan cara berpikir/ bekerja yang
ber-visi ke depan dan yang hanya berpikir untuk kebutuhan jangka pendek.
Mudah-mudahan
menginspirasi Anda.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Silahkan ber-KOMENTAR dengan santun, sesuai topik/ posting, tanpa singkatan, tidak porno/ sara/ lainnya. Terima kasih sudah berkunjung.